X-5 Berbagi Cerita

Jumat, 30 September 2011
                Jika kau setia menjadi sahabatku, dengarlah..
Dengarlah ceritaku hari ini, wahai sahabat..


                Jakarta, 30 September 2011.
Siang ini matahari begitu terik, tak kuat rasanya jika harus meninggalkan sebuah bangunan 2 tingkat yang sudah hampir 4 bulan kami jadikan tempat untuk menuntut ilmu. Sekolah tercinta kami, SMA SULUH Jakarta.
                Jum'at adalah hari yang panjang bagi kami.
Saat mentari mencapai puncaknya, wajah kami tak terukir sebuah rasa semangat seperti pagi tadi.
Raga ini justru menggambarkan kelelahan, ingin sekali rasanya cepat2 untuk menginjakan kaki dirumah dan berbaring di keranjang tidur. Tapi.. masih ada 90 menit lagi yang kami harus lewati untuk melanjutkan ke mata pelajaran berikutnya. Ya Allah, kumpulkan semangat kami walau hanya 90 menit, agar pasir yang kami injak memohon ampun atas dosa kami (untuk setiap butir pasir).
                "It's time to begin the nineth lesson". Suara alarm yang mengingatkan kami saatnya melanjutkan mata pelajaran yang ke 9.
Beliau berwajah cantik yang selalu menggambarkan keramahan, memakai kacamata, berbusana rapih.. tak kunjung datang utk mengisi pelajaran matematika reguler di kelas kami, Bu Nines.
Yang terlihat hanyalah seorang laki2 yang memakai baju batik berwarna coklat lengan panjang, celana hitam dan memakai sepatu pantofel berwarna hitam.
Semuanya tau siapa beliau, guru PKN yang paling asik dan menyenangkan. Ya, beliau wali kelas kami, wali kelas X-5 tercinta. Pak Herman.
                Entah ada apa dan maksud apa beliau masuk ke kelas kami tanpa hiasan senyum yang biasanya selalu menyelimuti bibir beliau.
Yang terliaht hanyalah wajah tanpa ekspresi yang sepertinya menyimpan banyak kalimat yang akan di sampaikan kepada kami.
                Semuanya duduk dengan rapih, hanya dengan awalan tatapan Pak Herman yang terlihat tajam membuat kami untuk mengunci mulut, kami membisu seketika.
Sunyi.. senyap.. tanpa suara. Yang terdengar hanyalah suara dengungan speaker yang terletak di pojok kanan atas kelas kami.
                Suasana semakin menegangkan, kami semua menunduk terdiam..
Menunggu seseorang membuka mulutnya utk menyampaikan sesuatu. Detik dan menit jarum pada jam dinding kelas kami terus berputar. Hingga kami merasa jenuh, membisu tanpa alasan dan tujuan.
                "Apa yang sebenarnya terjadi di kelas X-5?" Tanya beliau kpd kami dg suaranya yang begitu tenang dan pelan.
Semua mata tertuju beliau, namun tak ada seorang pun yang menjawabnya. Beliau kembali membisu dan menunggu jawaban dari kami.
Kami masih membisu, menunggu hingga ada yang mau menjawab.
Lalu beliau berkata
                "Siapa yang mau menjawab, 1 orang saja".
Sebenarnya tak ingin kami membisu terlalu lama. Hingga akhirnya di wakilkan oleh seorang teman kami, sebut saja si Acil.
Dengan menghembuskan nafas, ia mengangkat tangan kananya.
Tak sempat aku utk mendengar jawabanya, PaK Syamsudin masuk ke kelas kami. Pembicaraan pun di tunda. Karena ada beberapa orang yang beliau sebut saat masuk ke kelas kami, di antaranya: Ardi Setiawan, Ainun Fajariah, Kemal Abdussalam, Nurul Indah, Nuzulul Karamah, Rihla Natasya (aku) dan Shella Firliana. Kami di minta ke perpustakaan dengan membawa kitab suci Al-Qur'an.
Dan saat itu juga kami ke perpustakaan dengan membawa kita suci Al-Qur'an masing2. Sebelumya kami pamit kepada Pak Herman, mencium tangannya lalu berjalan menuju perpustakaan.
Aku yang terkahir pamit kepada beliau, sembari bertanya
                "Pak saya mau ceritain apa yang sebenarnya terjadi di kelas X-5. Bapak bisanya kapan?"
Beliau justru menanya balik
                "Kamu maunya kapan?"
                "Pulang sekolah ya Pak.."
Beliau tdk  menjawab apa2, hanya sedikit anggukan kepala sebagai jawabannya.

                                                                                                                                * * *

                Selesai dari perpustakaan, kami kembali ke kelas.
Namun, tak terlihat Pak Herman saat itu. Kami melanjutkan belajar, matematika reguler.
Karena penasaran, aku menanyakan sesuatu kpd teman sebangku ku, Rr Dyah.
                "Tadi Pak Herman bilang apaan ajee?"
                "Ya gitu dah, pulang sekolah jangan langsung pulang, nanti Pak Herman mau kesini lagi"
Aku pun terdiam, memikirkan sejuta makna yang akan terjadi nanti. Feeling jadi ngga tenang, buyar sudah konsentrasi ku saat itu, hanya asma Allah yang senantiasa ku sebut. Ya Allah.. :(

                                                                                                                                * * *

                "Seluruh pelajaran hari ini telah selesai, sampai bertemu esok dengan semangat yang baru". Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa jam pelajaran yang ke 9 ini telah selesai. 1 pertanyaan yang membuat konsentrasi ku buyar "Apa yang akan terjadi pada kami setelah Pak Herman masuk kelas?". Bismillah..
                Tak lama setelah alarm pulang berbunyi, Pak Herman masuk kelas.
Jika ada sesuatu yang buruk bagi ku, kedua telapak tangan ini berkeringat.. Dan ternyata kali ini telapak tangan ku berkeringat.
                Pertemuan kali ini benar2 membisu, tak ada bisikan, dengungan, dll. Kami bagai saksi buta karena tak daya.
PaK Herman berdiri di depan pintu kelas kami, tanpa ekspresi dan senyuman. Beliau memanggil beberapa  mantan anak didiknya. Semuanya Laki2, dan "WOW" mereka mempunyai kasus yang hebat, berkelahi, bahkan sampai masuk kantor polisi dll. Selesai masalahnya? Selesai.
Lalu bagaimana dengan kami? Selesai kah? tanpa basa basi, Pak Herman berkata
                "SAYA MARAH, SAYA KECEWA DENGAN KALIAN SEMUA !! ................."
Tak kuat untuk mendengarkan selanjutnya, wali kelas yang begitu sayang dengan kami bisa berkata seperti itu. Apa beliau sudah capek dengan bertubi tubi laporan negatif tentang kelas X-5? Bisakah kami berubah?
Tak sampai situ kalimat beliau, beliau juga membahas tentang tugas yang seringkali kita anggep spele. Ternyata itu masalah besar buat beliau, dengan hanya seperti itu kita ternyata membunuh nama baik X-5.
                Beliau marah2, beliau berkata jika kasus ini tidak bisa di hentikan, sanksinya setiap anak di panggil orang tuanya. Jika orangtuanya ngga bisa hadir, beliau lah yang dtg kerumah kita.
Semuanya ikut terlibat :( kami hanya bisa membisu, dan entah apa yang kalian pikirkan masing2.
                Dalam kesunyian.. saat itu aku hanya bisa merenung.
Mengingat kata Bu Niken saat itu : "Waktu ibu lagi ngomongin kelas kamu dengan guru2 yang lain, wali kelas kamu hanya bilang ngajarnya jangan galak2 sama X-5. Wali kelas kalian waktu itu sampai sakit lho, tapi masi di bela2in masuk buat ngajar di sekolah"
Kalian nyadar ngga sih? Betapa besarnya beliau sayang sama X-5? :"")
Renunganku menghadirkan kembali semua yang pernah terjadi di X-5.. Teringat saat Pak Herman berkata Mrs.Kokom setiap abis masuk ke kelas sepuluh lima pas mengeluh, dan beliau hanya menjawab "biasa aja kali Bu".
                "Buku Kuning" buku yang terisi dengan goresan pulpen anak2 X-5, ngga nyangka.. goresan pulpen kami bisa masuk ke buku kuning.. Buku yang semestinya di isi oleh anak2 kriminal. Apakah kita termasuk anak yang kriminal? Pribadi jawab "Iya". Kita udah kaya binatang, ngga bisa di bilangin. Bahkan kata beliau anak2 kelas sepuluh semuanya cakep2, TAPI ISI OTAKNYA KOSONG ! *Jujur.. nyesek. Di tambah lagi saat Bu dessy masuk ke kelas kami dan ingin memfoto copy isi buku kuning yang tadi kita tulis.
                Kembali terdiam, semakin dalam renunganku..
Mika & Ardi membawa 2 peti botol minuman softdrink yang di bagikan utk kita semua. Hah? di beliin Pak Herman nih 1 kelas? Kurang baik apa beliau? Emang ada walikelas lain yang mau beliin kita walau hanya sebotol softdrink?
Beliau berkata "Yang haus minum aja, jadikan botol minuman itu sebagai kenangan untk saat ini"
                Di kertas, jawaban nmr 2 yang aku tulis adalah..
1. Ingin harmoniskan hub guru2 dg X5
2. Ingin membuat kelas yang baik, bahkan jadi yang terbaik
3. Semoga Pak Herman memaafkan kesalahan kami
(Apaan lagi yaa? lupa, hehee. Pokoknya yaa semaca itulah)


                Oke, buat X5.. Pak Herman tuh marah2 kaya gitu karena beliau sayang sama kita, beliau merhatiin kita, beliau ngasih tau kesalahan2 kita, beliau mau kita berubah.
Buang masalalu, hadirkan kenangan baru.. kenangan yang lebih indah.

                                                                                                            Love you all :")

(ini gambarnya cuma perwakilan aja, hehee, ngga semuanya)

0 komentar:

Posting Komentar