Ada Masalah Dengan Memperingati "Maulid Nabi?"

Sabtu, 03 November 2012
     Sudah cukup banyak kontroversi mengenai peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad sallallaahu ‘alaihi wasallam di kalangan umat Islam sendiri. Ada yang bilang bid’ah (sesat) dan ada yang mengatakan sebaliknya (tidak sesat). Disini alfaqir ingin berbagi ilmu mengenai peringatan Maulid Nabi:)
Sebelum di baca postnya, yuk siapin cemilannya, xixii

     Jika menelusuri sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW belum pernah merayakan hari ulang tahunnya dengan upacara dan acara. Rasulullah memperingati kelahirannya dengan berpuasa. Suatu ketika Nabi Muhammad ditanya: “Wahai rasul, mengapa engkau berpuasa hari Senin?” Rasul menjawab: “Pada hari Senin itu aku dilahirkan.”
Dengan demikian Nabi Muhammad merayakannya denga puasa yang kemudian di masyarakat kita dikenal dengan puasa weton (puasa kelahiran). Namun sejarah tidak pernah mencatat Rasulullah merayakan maulid dengan mengundang orang lain untuk melakukan pengajian misalnya. Nah, apakah kalau Nabi Muhammad SAW dan para sahabat tidak pernah mengadakan peringatan maulid, ini berarti mengada-ngada, dan apakah termasuk bid’ah?
     Sebelum kita menyatakan bid’ah atau tidak, ada baiknya kita menelusuri sejarah awal peringatan Maulid Nabi tsb.
Sejarah menyebutkan bahwa sejak Islam berjaya dengan menaklukan sebagian Eropa dan Persia, banyaklah orang non muslim masuk Islam, termasuk orang-orang salib dari Eropa. Hal ini menimbulkan dendam kaum Nasrani, akhirnya mereka membalas dendam dengan menjajah Timur Tengah. Maka berkobarlah perang salib. Kaum kafir membunuh orang Islam, merampas kekayaan, dijauhkan dari Islamnya, dijauhkan dari Nabinya, dijauhkan dari sejarah kejayaan Islam. Yang ditampilkan oleh penjajah di hadapan kaum muslimin adalah tokoh-tokoh kafir serta tokoh-tokoh fiktif sehingga rusaklah moral anak-anak muda, hancurlah kejayaan kaum muslimin, hilang keteladanan, hingga tidak lagi mengenal ajaran Islam yang sesungguhnya.
     Melihat kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam, serta tidak punya semangat memperjuangkan agamanya, para ulama dan tokoh Islam mencari solusi bagaimana membangkitkan keislaman kaum muslimin dan melepaskan diri dari cengkraman tentara salib.
     Diantaranya seorang raja yang bernama Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah), mengundang para ulama dan masayikh ke istana untuk bermusyawarah, bagaimana membangkitkan semangat umat Islam, membebaskan diri dari penjajah, serta menanamkan kecintaan anak muda dan kaum muslimin kepada Rasulullah, sehingga mau meneladani beliau.
Dari musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar diadakan peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
     Al-Malik Mudhaffaruddin menanggapi usulan ini dengan antusias. Tetapi ada yang tidak setuju, dengan alasan kerena peringatan seperti itu tidak pernah dikerjakan oleh Nabi, dan itu berarti bid’ah.
Menanangapi ketidaksetujuan mereka, akhirnya dijawab oleh ulama yang hadir, bahwa dalam penjelasan tentang bid’ah itu tidak semua sesat. Menurut Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar menjelaskan bahwa ada bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah. Bid’ah dholalah (sesat) adalah bid’ah yang tidak ada dasar hukummnya dan tidak ada perintah sama sekali dari syariat, sedangkan bid’ah hasanah adalah suatu amalan yang dasar perintahnya sudah ada dari Rasulullah, namun teknisnya tidak diatur langsung dan itu bukan temasuk ibadah mahdah muqayyadah (ibadah murni yang telah ditentukan tata caranya).
     Seperti sering dijelaskan bahwa ibadah itu ada dua macam. Pertama, ibadah mahdah muqayyadah yaitu ibadah murni yang tata caranya terikat dan tidak boleh diubah, karena perintah dan teknis pelaksanaannya dicontohkan langsung oleh Rasulullah, seperti shalat dan haji yang harus sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasul. Kedua, ibadah muthalaqah ghoiru muqayyadah, yaitu ibadah mutlaq yang tata caranya tidak terikat, perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannya terserah masing-masing orang selama tidak melanggar akidah. Seperti berdzikir, mengaji, berdakwah, berceramah, mengadakan khitanan massal, serta melakukan amal bakti sosial lainnya.
     Nah, selama Maulid ini diisi dengan ibadah muthalaqah ghoiru muqayyadah, maka tentunya itu bukan merupakan bid’ah, tapi sesuatu yang baik:)
Akhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik Mudhaffaruddin dalam pertemuan itu memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad itu boleh. Kemudian Al-Malik Mudhaffar sendiri langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum untuk mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.
     Salah satu kegiatan yang terkenal pada waktu itu adalah penyelenggaraan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tsb. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja’far Al-Barzanji.” Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi, termasuk di kampung-kampung di daerah saya Sulawesi-Selatan yang kegiatannya dikenal dengan istilah Ma’barazanji.
     Barzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa kana-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
     Nama Barzanji diambil dari nama pengarang naskah tsb, yakni Syekh Ja’far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim. Dia lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tulis tsb sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (artinya kalung permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw. Tapi kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.
     Ternyata dengan diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sangat efektif untuk menyadarkan kaum Muslimin terhadap apa-apa yang telah dilakukan dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw, sehingga seorang pemuda bernama Shalahudin Al-Ayyubi menggalang anak-anak muda untuk dilatih fisiknya, disadarkan cinta kepada Rasul, serta diajak membebaskan diri dari penjajahan tentara salib. Akhirnya, laskar Islam yang dipimpin oleh beliau (panglima Shalahudin al-Ayyubi), bisa memenangkan perang salib pada tahun 580 H. Sejak tahun itulah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diadakan oleh berbagai negara-negara Muslim.
(♥) (♥) (♥)
     Dari sejarah diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa sekalipun peringatan Maulid Nabi Muhammad bukan merupakan syariat, tetapi jelas bahwa peringatan tsb adalah salah satu bentuk syiar Islam yang terbaik. Masih banyak di kalangan kita yang belum tahu bagaimana sejarah hidup Nabi Muhammad yang penuh dengan hal-hal yang sangat patut diteladani. Nah, dengan adanya peringatan ini insyaAllah sikap-sikap positif Rasulullah tsb dapat diingat kembali dan tentunya diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.



"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." {QS. 33:21}

6 komentar:

  1. Anonim mengatakan...:

    Bagaimana bisa kita melaksanakan peringatan maulid nabi sementara nabi sendiri tdk melaksanakannya begitu jg para sahabat, para tabi'in yg mereka adalah 3 generasi terbaik. Padahal klo mau melaksanakan peringatan maulid kesempatan itu ada tp mereka 3 generasi terbaik umat tdk melaksanakannya. Islam telah sempurna, tdk ada lg kebaikan kecuali nabi telah mengajarkannya dan tidak ada lg kejelekan kculi sdh diperingatkannya.

  1. Maksudnya apan nih wan komen kaya gini? Apakah penjelasan di atas kurang jelas?

  1. Anonim mengatakan...:

    Maksudnya...tidak cukupkah kita meneladani 3 generasi terbaik umat...yg mereka adalah sebaik2 generasi umat islam dan mereka tidak melaksanakan peringatan maulid nabi, klo memang peringatan maulid nabi itu baik pastilah mereka lebih dulu melaksanakannya tp ternyata tidak. apakah kita lebih baik dari 3 generasi terbaik umat? ataukah kita menganggap 3 generasi umat terbaik itu kurang dlm melaksanakan ajaran islam? "katakanlah (wahai Muhammad kpd umatmu) jika kalian cinta kepada-KU maka ikutilah aku (muhammad) niscaya Allah akan mencintaimu dan akan mengampuni segala kesalahanmu..." al ayat.

  1. betul Rasulullah tidak merayakan karena rasulullah masih hidup
    para sahabat pun tidak merayakan karena para sahabat pada zaman dahulu kualitas akhaknya baik dan satu zaman dengan rasulullah
    kata siapa tabi'in tidak melakukan maulid ???
    coba tengok salahuddin al ayubi
    islam memang sudah sempurna
    lagi pula siapa yg menambahkan ???
    kalaupun itu perbuatan Bid'ah seharusnya
    Abu bakar shiddiq lah pelaku bid'ah pertama
    kenapa ???
    karena dia mengumpulkan ayat2 al quran dalam mushaf
    Looh emang ada ya zaman mushaf al quran ???
    berarti ente bid'ah tuh baca quran

  1. Anonim mengatakan...:

    Masalah mengumpulkan ayat2 qur'an di jaman khuafaurrasyidin bukanlah bid'ah, sebab di jaman nabipun para sahabat sdh ada yg menulisnya akan tetapi karena ayat2 qur'an itu turunnya tidak sekaligus melainkan berangsur2 maka belum bisa dibukukan. Pengumpulan qur'an itu yg kemudian dijadikan mushaf adlah karena pada jaman khalifah 'usman setiap suku bangsa berbeda dlm membaca makhraj dan dialeg dlm qur'an sehingga khalifah 'usman bin affan berinisiatif mengumpulkan ayat2 qur'an dgn dialeg yg sesuai dgn bahasa quraisy sbagaimana qur'an itu dibaca pertama di masa nabi dan shahabat. Dan ini bukanlah bid'ah tapi maslahah mursalah. Sbgmana sabda nabi yg sdh populer "Berpeganglah kpd sunnahku dan sunnahnya para khulafaurrasyidin yg telah ditunjuki..." jelas para khulafaurrasyidin mengumpulkan ayat2 qur'an bukan bid'ah karena nabi sendiri sudah memberikan petunjuk agar kita mengikuti khulafaurrasyidin. Coba anta renungkan hadist nabi itu...
    Trus mengenai panglima salaudin al ayyubi, beliau bukan tabiin karna beliau lahir jauh setelah tabi'ut tabi'in. Anta kurang baca sejarah nih...

  1. Anonim mengatakan...:

    1. Peringatan Maulid Nabi masuk dalam anjuran hadits nabi untuk membuat sesuatu yang baru yang baik dan tidak menyalahi syari’at Islam. Rasulullah bersabda:

    مَنْ سَنَّ فيِ اْلإِسْـلاَمِ سُنَّةً حَسَنـَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ (رواه مسلم في صحيحه)
    “Barang siapa yang memulai (merintis) dalam Islam sebuah perkara baik maka ia akan mendapatkan pahala dari perbuatan baiknya tersebut, dan ia juga mendapatkan pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa berkurang pahala mereka sedikitpun”. (HR. Muslim dalam kitab Shahihnya).

    Faedah Hadits:

    Hadits ini memberikan keleluasaan kepada ulama ummat Nabi Muhammad untuk merintis perkara-perkara baru yang baik yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an, Sunnah, Atsar maupun Ijma’. Peringatan maulid Nabi adalah perkara baru yang baik dan sama sekali tidak menyalahi satu-pun di antara dalil-dalil tersebut. Dengan demikian berarti hukumnya boleh, bahkan salah satu jalan untuk mendapatkan pahala. Jika ada orang yang mengharamkan peringatan Maulid Nabi, berarti telah mempersempit keleluasaan yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang belum pernah ada pada masa Nabi.

Posting Komentar